logo
Silakan Login untuk berbelanja. jika anda belum terdaftar menjadi member , silahkan daftar terlebih dahulu

Melihat Budaya Membaca Jepang dan Finlandia


Indonesia berada di ranking kedua terakhir dari 62 negara untuk urusan literasi. Finlandia dan Norwegia menempati ranking pertama dan kedua. Sementara Jepang berada di ranking 32. Riset lain menurut UNESCO menyebutkan hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang menyukai kegiatan membaca buku. Apakah saat ini keadaan tersebut sudah berubah? Kalau ingin valid tentu membutuhkan penelitian resmi dengan metode ilmiah. Namun, kita bisa melihat di ruang dan angkutan publik atau saat sedang mengantri, sangat sedikit ditemukan orang yang sedang membaca buku-buku fisik.

Biasanya, isu literasi di Indonesia itu seperti bersifat momentum saja. Misalnya, jika ada hari buku, hari pendidikan. Selanjutnya seperti tenggelam kembali. Saat ini, kita sedang terpaku dan banyak terjeda dengan kebiasaan berada di gawai/gadget. Kebiasaan ini kian melekat ke media sosial dan game online.

Sejenak, kita akan mengintip bagaimana dua negara di bawah ini dengan tingkat kemajuan teknologi dan ekonomi tidak serta merta bisa menggeser kebiasaan membaca buku-buku fisik.

Jepang

Kebiasaan membaca masyarakat Jepang, lahir dalam sejarah panjang. Menurut catatan Amartya Zen, restorasi Meiji menjadi pelatuk kebangkitan Jepang hebat dalam perkara literasi dan perbukuan. Kebijakan kerajaan menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Jepang menjadi salah satu kemajuan pesat.

Selain memiliki sejarah literasi di masa restorasi Meiji, Jepang di masa modern setidaknya ada empat fakta menarik terkait kuatnya budaya ini. Pertama, toko buku dan perpustakaan yang banyak tersebar. Kedua, ada kebiasaan membaca di toko buku. Ketiga, kebiasaan membaca saat mengantri dan di dalam transportasi publik. Empat, peran guru di sekolah literasi membaca 10 menit buku-buku yang disukai sebelum pelajaran dimulai, termasuk gurunya ikut membaca buku.

Untuk kebiasaan nomor dua, pemilik toko tidak merasa khawatir toko bukunya merugi. Dengan membiarkan orang-orang datang dan membaca buku malah membuat toko buku menjadi ramai. Orang-orang yang membaca buku pun membeli buku-buku lainnya. Selain itu, di Jepang, toko buku pun memiliki durasi jam buka yang lebih panjang.

Bagaimana anak-anak Jepang mengenal budaya baca sejak kecil karena mereka dikenalkan dengan kesukaan buku sesuai minatnya. Dalam satu minggu, anak-anak dibiasakan mengambil satu buku yang mereka disukai. Esoknya mereka disuruh bercerita seputar isi buku. Sementara di bangku sekolah dasar, mereka sudah ditentukan buku-buku apa saja yang perlu dibaca.

Pemandangan yang seringkali kita lihat, seperti kebiasaan mengantri dan saat berada dalam transportasi publik, masyarakat Jepang lebih memilih menunduk untuk membaca buku, majalah, dari pada memainkan gawainya. Inilah kebiasaan keren dalam menghabiskan waktu masyarakat Jepang yang kita kenal. Minat baca yang tinggi dalam keseharian masyarakat Jepang terbentuk karena sejarah, budaya disiplin dan bagian dari sistem pendidikan yang memadai dan maju.

Finlandia

Di negara ini dikenal dengan karakter orang-orangnya yang jujur. Para pelancong tidak perlu khawatir jika dompet terjatuh. Negeri ini pun dikenal sebagai negeri dengan kehidupan masyarakat yang bahagia dengan tingkat pendidikan yang sangat baik.

Selain dikenal dengan negara dengan kualitas pendidikan terbaik, Finlandia juga juara dalam urusan minat baca buku. Menurut penelitian sekitar 56% waktu luang masyarakat Finlandia dihabiskan untuk membaca buku. Sementara untuk olahraga hoki menempati urutan paling populer dibandingkan dengan esport.

Usia krusial untuk mengenalkan literasi dan membangun kemampuan bahasa diperkenalkan pada anak berusia satu tahun. Caranya, orangtua akan membacakan cerita dongeng dengan suara nyaring. Kabarnya dari hasil riset, kedipan mata bayi adalah respon saat kita sedang bercerita.

Walaupun dikenal dengan tingkat literasi membaca yang baik, ada temuan fakta baru. Pada anak dan remaja tingkat membaca sebenarnya rendah. Hanya mereka yang menikmati membaca akan terus membaca sesuai minatnya. Buku fiksi dihabiskan seminggu sekali oleh remaja berusia 15 tahun. Sama seperti di negara-negara lain, smartphone juga menggeser kebiasaan mereka dalam membaca buku.

Finlandia memang pernah mendapatkan pengakuan tingkat literasi membaca yang tinggi menurut PISA di tahun 2018. Beberapa tahun belakangan ini, mengalami penurunan di tingkatan anak dan remaja.  Motivasi membaca pada remaja laki-laki pun menurun.  Secara umum tingkat literasi di wilayah Eropa Utara memiliki sejarah dan kebiasaan membaca sangat tinggi, Finlandia yang pertama, dan Norwegia kedua.

Sambil menata dan berkaca pada Finlandia dan Jepang, kita bisa menjadikan hal ini bukan sekadar inspirasi, namun juga sebagai titik tolak untuk kebangkitan literasi Indonesia. Apa yang dilakukan kedua negara tersebut tidak terlepas dari peran semua bagian. Sama halnya dengan Indonesia, kita memiliki tanggungjawab, dengan membangkitkan kembali habits literasi untuk bangsa Indonesia, salah satunya dengan menulis dan menerbitkan buku.

-

Bagi sahabat memiliki naskah buku untuk di cetak. Yuk cetak aja di AGLitera.com, dan nikmati banyak keuntungan didalamnya.

 

Hubungi kami melalui:

Whatsapp : 0878-2600-0053

Instagram : @aglitera

Website : www.aglitera.com  

-

Sumber bacaan:

  1. Muhammad Fatoni. 2017. 5 Alasan Ini yang Membuat Budaya Baca di Jepang Sangat Tinggi, Bagaimana di Indonesia?. Jogja.tribunnews.com. Diakses pada 01 November 2022.
  2. Anatasia Anjani. 2021. Dear Siswa, Ini 5 Kebiasaan Positif Orang Jepang Yang Harus Ditiru. Detik.com. Diakses pada 02 November 2022
  3. Septina Widya. 2021. Ini Daftar Negara dengan Tingkat Literasi Tertinggi di Dunia, Indonesia Urutan Berapa?. Suaramerdeka.com. Diakses pada 02 November 2022